Halaman

Sabtu, 20 Oktober 2012

CERPEN : "GARA-GARA MAMAH"

~ EDISI I ~
=====================================
Cerpen : "GARA-GARA MAMAH"

Vanie berdiri didepan gerbang sekolah. Dikenakannya seragam sekolah, sekali-sekali ia menatap gerbang sekolah dengan sangat berharap dia segera datang. Bingung harus bagaimana karena ini merupakan pertemuan pertama bagi mereka. Bertemu dengan orang yang sering diceritakan oleh mamahnya.
Sebuah motor berhenti tepat didepa
n matanya,
dada vanie berdebar kencang seorang laki-laki dengan t-shirt abu, bercalana jeans,turun. Vanie tak yakin kalau itu orang yang selama ini dia tunggu, orang yang selalu mamahnya ceritakan, orang yang selalu di bangga-banggakan.

“Selamat sore, saya anjar.”
itu kata-kata pertama yang dia katakan kepada vanie.
“Sudah lama menunggu ?”
“Kemana kita sekarang ?”
“ Terserah kamu “.
“Bagaimana kalau langsung pulang saja ?”
“Pulang?” vanie memandang laki-laki itu, matanya bagus. Tajam bercahaya, Rambutnya sedikit menutupi alis yang tebal. Kelihatannya ia laki-laki yang sederhana. Atau ia hanya pura-pura sederhana kalau menghadapi cewek.
“Memangnya kenapa ?”
“Tidak apa-apa.”
Hujan yang tiba-tiba turun membuat mereka harus menghentikan perjalannan menuju pulang. Berhentinya mereka tepat di depan toko yang pada saat itu kebetulan lagi tutup. Tak ada sedikitpun suara yang keluar dari mulut mereka, karna mungkin pertemuan pertama membuat meraka sedikit malu-malu. Hujan
mulai reda merekapun langsung melanjutkan perjalanan kembali. Motor itu berhenti didepan rumah
bercat biru dengan pagar besi berwarna coklat.

Masuklah mereka kedalam rumah dengan sambutan yang ramah dari
mamah, vanie pun segera ganti pakaian karna dia masih memakai seragam sekolah. Vanie pun menghampiri laki-laki itu dengan digenggamnya secangkir kopi untuk sedikit menghangatkan badannya. Tatapan matanya membuat vanie bingung harus berkata apa untuk memulai percakapan karna memang dia orangnya sedikit pemalu dan tertutup itu yang mamah katakan.
Kedua adik vanie datang menimbrung dan kehadiran mereka membuat suasana sedikit mencair dan tidak terlalu sepi. Senyum pertama yang terlihat begitu indah membuat Vanie ingin segera memilikinya meskipun awalnya sedikit kesal karena sedikit dipaksa mamahnya untuk bertemu dengan dia.hee
Waktupun terasa berlalu begitu cepat bagi Vanie, kini saatnya laki-laki itu harus pulang.
“Terima kasih, semoga kamu tidak menyesal bertemu dengan saya “ ucap laki-laki itu.
Motor itu melaju ke arah barat. Vanie masuk kedalam rumah, tak ada kencan ,tapi vanie senang bisa bertemu dan bercerita meskupin hanya sebentar. Semoga ini bukan pertemuan terakhir itu harapan vanie.
2 minggu berlalu sejak pertemuan pertama mereka, seringnya berkomunikasi membuat rasa itu mulai hadir,menunggu waktu yang dinanti seolah begitu lama bagi mereka, keinginan untuk segera bertemu begitu sulit bagi mereka, karena memang pada saat itu mereka
punya kesibukan masing-masing.
Tak di sangka diapun merasakan hal yang sama, tapi mereka tak terburu-buru dalam menyatukan

rasa yang mereka punya, perlu waktu yang cukup lama untuk itu.
09 september 2009 jadi hari special buat vanie dan laki-laki itu, karena mulai saat itu
mereka mulai menyatukan rasa, saling memberikan kasih sayang, saling perhatian, menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing dan saling mencurahkan apa yang mereka rasa. Merekapun berharap rasa itu akan abadi sampai waktu yang di harapkan tiba, mereka hanya bisa berharap dan berusaha agar yang mereka harapkan bisa terlaksana.
09 september 2011 jadi hari bersejarah buat mereka, karena mulai saat itu mereka harus benar-benar bisa memegang prinsip dan komitmen yang telah mereka sepakati bersama.
Seiring dengan waktu mereka mulai bisa menerima kekurangan dan kelebihan mereka, karena saat ini mereka harus benar-benar bisa memberikan kasih sayang yang benar-benar tulus.
Dan vanie pun sadar, apa yang diberikan orangtuanya itu yang terbaik. Vanie senang bisa mengenal dia dan bisa menjadi bagian dari hidupnya, karena dia orang yang selama ini dia cari, orang yang sederhana, orang yang bisa menjadi imam apabila kelak mereka dipersatukan oleh yang kuasa untuk menjadi pasangan suami istri. Semoga apa yang mereka harapkan (Menuju pelaminan) bisa terlaksana.

Penulis : Yani Suryani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar